Di balik bungkus:

mengenal rantai pasok global di industri pangan Indonesia

Krisna Gupta

17 September 2022

Krisna Gupta

  • Sering dipanggil Imed

  • Full-time lecturer di Politeknik APP

  • Part-time lecturer di Universitas Indonesia

  • Master degree in economics UI/VU

  • PhD in economics di Australian National University

    • thesis tentang industri dan perdagangan di Indonesia.
  • Associate researcher di Center for Indonesian Policy Studies.

  • Selengkapnya di imedkrisna.github.io

Hari ini

  • sekilas tentang food and beverage di Indonesia
  • Global Value Chain: pentingkah?
  • policy discussion
  • website

Tentang F&B di Indonesia

  • 38.4% of the non-oil and gas manufacturing industry
  • 6.7% of Indonesia’s Gross Domestic Product (GDP)
  • $ 45.4 billion total export
  • 20% share of Indonesia’s total export
  • 29% of the labor force in the industrial sector
  • 4.6 million jobs

It’s sawit!

CPO vs no CPO

Industri makanan berbasis sawit

  • Industri makanan Indonesia memang besar dan tinggi ekspornya.
    • Proporsi sawit dan turunannya sangat mendominasi.
    • Artinya, masih tergantung gejolak harga komoditas.
  • Ketergantungan sawit dapat memberi bias analisis pada industri makanan.
    • Apalagi jika ingin mengandalkan industri 4.0.
  • Industri makanan yang kompleks sangat mengandalkan rantai pasok global.

Global Value Chain: Pentingkah?

Global Value Chain of Nutella

GVC of Nutella (Scoppola, 2021)

Peran Rantai Pasok Global

  • Iklim mengakibatkan tiap negara memiliki keunggulan yang berbeda-beda.

    • ada yang cocok tanam sawit, tebu, menggembala sapi, dan lain sebagainya.
    • Garam: nelayan vs penambang?
  • Tasks: design, assembly, marketing, aftersales.

  • GVC = made in the world!

Peran Rantai Pasok Global

  • Perusahaan yang mampu manage rantai pasok yang kompleks akan lebih kompetitif.

  • Negara yang memiliki kebijakan perdagangan yang pasti punya advantage

  • Perjanjian perdagangan adalah modal penting:input & market.

    • Negara yang mengandalkan GVC akan mengejar perjanjian dagang secara agresif.
    • RCEP akan memihak negara yang dapat memanfaatkan rantai pasok global.

Partisipasi GVC

Ada dua cara berpartisipasi dalam rantai pasok global (Antras, 2020; World Bank, 2020).

  1. Backward Participation: mengekspor barang/jasa yang memiliki nilai tambah impor. Misalnya ekspor ponsel dari Vietnam.

  2. Forward Participation: mengekspor barang setengah jadi ke negara assembler, lalu diekspor kembali oleh negara tersebut dalam bentuk barang jadi.

Bagaimana dengan partisipasi industri makanan Indonesia?

Bias forward participation

  • Tingginya peran sawit dalam industri pangan Indonesia membuat analisis industri pangan menjadi bias.
    • Sebagai eksportir sawit, nilai tambah asing memiliki peran yang tidak besar.
    • Tetapi untuk industri makanan yang lebih kompleks, menghambat impor berpotensi memiliki dampak negatif.
  • Bagaimana peran imported value added untuk industri makanan non-sawit?

Amanta & Gupta (2022)

  • Ditemukan bahwa hanya impor bahan baku \(\Rightarrow\) ekspor barang jadi yang memiliki hubungan yang kuat dan berkointegrasi.

  • 1% pertumbuhan impor bahan baku berkorelasi dengan 0.96% pertumbuhan ekspor barang jadi, sejalan dengan Pane dan Patunru (2022).

  • Perlu diingat bahwa: (1) Pasar domestik Indonesia sangat besar; (2) hubungan yang belum tentu linear (misalnya, tembus pasar negara maju).

  • Rahardja & Varela (2015): foreign input berkorelasi dengan produk dengan kualitas lebih baik dan nilai tambah yang lebih besar.

  • Dapat lebih fokus ke memperkuat resep, standar mutu dan kesehatan, dan modernisasi proses produksi.

Kebijakan

Kebijakan perdagangan

  • Perdagangan gandum dan kedelai cenderung lebih sederhana, dan produk turunannya cenderung lebih populer dan terjangkau.

  • Aturan produk lain cenderung lebih ketat:

    • restriksi kuota.
    • Surat rekomendasi teknis.
    • Laporan surveyor.
    • Performance requirement.
  • Beberapa aturan ini makan waktu dan membebani secara biaya.

Neraca Komoditas

  • Neraca Komoditas diundangkan untuk mempercepat proses penerbitan izin impor.
    • dengan data yang baik\(^1\), surat rekomendasi teknis tidak lagi diperlukan.
  • Sejauh ini, tampaknya penerapan untuk 5 komoditas (beras, daging, gula, garam dan perikanan) berjalan lancar.
    • Akan tetapi, sistem ini perlu diuji apabila diperlukan revisi mendadak.
  • Masih sering terdengar inkonsistensi di lapangan sejak Permendag 20/2021.

Koordinasi bersama

  • Pemerintah sebaiknya memiliki satu visi jika bermaksud mengembangkan satu industri.
    • tidak ada negara yang bisa bikin semuanya.
    • Berbagai Rencana Strategis harus diharmonisasi.
    • Siapa dirijennya?
  • Evaluasi dari kebijakan secara berkala harus dilakukan, terutama Neraca Komoditas.
  • Perkuat kebijakan selain perdagangan (subsidi tepat sasaran, low cost financing, ketidakpastian hukum)

RCEP

  • Melambatnya pertumbuhan RRT dan mendekatnya U.S. lewat IPEF berpotensi membuka peluang pusat manufaktur regional baru, dan Indonesia ada di posisi yang sangat strategis.
  • RCEP memberi peluang untuk memperkuat posisi Indonesia di rantai nilai regional (Regional Value Chain).

Lebih lanjut

References

  • Pane, D. D., & Patunru, A. A. (2022). The role of imported inputs in firms’ productivity and exports: evidence from Indonesia. Review of World Economics. https://doi.org/10.1007/s10290-022-00476-z

  • Pesaran, M. H., Shin, Y., & Smith, R. J. (2001). Bounds Testing Approaches to the Analysis of Level Relationships. Journal of Applied Econometrics, 16(3), 289-326. http://www.jstor.org.virtual.anu.edu.au/stable/2678547

  • Rahardja, S. & Varela, G.J. (2015). The Role of Imported Intermediate Inputs in the Indonesian Economy. World Bank Policy Note 3

  • Scoppola, M. (2021). Globalisation in agriculture and food: the role of multinational enterprises. European Review of Agricultural Economics, 48(4), 741-784. https://doi.org/10.1093/erae/jbab032

  • Shrestha, M. B., & Bhatta, G. R. (2018). Selecting appropriate methodological framework for time series data analysis. The Journal of Finance and Data Science, 4(2), 71-89. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.jfds.2017.11.001

  • World Bank. (2020). World Development Report 2020 : Trading for Development in the Age of Global Value Chains. Washington, DC: World Bank.

Metode

  • Metode ARDL (Pesaran, Shin & Smith 2001; Shrestha & Bhatta, 2018) dilakukan untuk melihat hubungan dan kointegrasi antara growth ekspor bahan baku, ekspor barang jadi, impor bahan baku dan impor barang jadi.

  • Keempat variabel tersebut diklasifikasi menggunakan Broad Economic Category (BEC) Rev. 4 dan Harmonized System (HS) yang dikonkordansi dengan ISIC Rev.3 heading 10 dan 11.

  • HS yang diambil sebagian besar antara 01-24, dengan pengecualian 250100 (garam).

  • HS terkait sawit dikeluarkan dari analisis.